Malang, Candida –
“Selamat datang di kawasan industri pendidikan, PT. Brawijaya Tbk.” Begitulah
bunyi spanduk aksi mahasiswa Brawijaya yang dilakukan di kampus UB pada Jumat
(29/5) dalam rangka menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas biaya Uang Kuliah
Tunggal (UKT) yang mahal. Aliansi yang menamakan diri mereka sebagai Ambarawa
(Aliansi Mahasiswa Brawijaya) dan dikomandoi langsung oleh Kementrian Kebijakan
Publik (KP) EM ini menuntut adanya komunikasi dan kerja sama yang baik dari
birokrat untuk mengikutsertakan mahasiswa dalam pembahasan UKT. Dalam aksi ini,
mahasiswa menuntut 3 hal yaitu: 1) Adanya transparansi, yakni pengeluaran,
pemasukan, perumusan golongan dan kuota mahasiswa dalam setiap golongan, 2)
Melibatkan mahasiswa dalam proses perumusan UKT dan 3) Penurunan nominal UKT.
Aksi ini merupakan bentuk respon mahasiswa karena pihak rektorat tidak kunjung
memenuhi tuntutan mahasiswa tentang transparansi dana, padahal sebelumnya telah
banyak dilakukan audiensi yang ternyata tidak kunjung menemui titik temu. Aksi
diikuti oleh sekitar 70 mahasiswa dari EM dibantu BEM berbagai fakultas,
diantaranya FH, FP, Vokasi, FK, FISIP, FKH dan lainnya. FKH sendiri menjadi
fakultas yang menurunkan massa aksi cukup banyak (22 orang), dimana lebih dari
setengahnya terus bertahan sampai aksi diakhiri.
Ambarawa mulai berkumpul di depan
Samantha Krida (Sakri) selepas sholat Jumat. Aksi diawali dengan longmarch
memutari kampus UB, dimulai dari FTP, lalu menuju FK, FP, FPIK, FMIPA, FISIP,
FH, FIA, lalu diakhiri dengan longmarch menuju rektorat. Longmarch dilakukan
untuk membuka mata sekaligus mengajak mahasiswa Brawijaya yang lain untuk ikut
dalam aksi ini, karena beberapa fakultas ternyata memilih tidak menyatakan
sikap terhadap problematika UKT ini. Selama longmarch Ambarawa tidak
berhenti menyerukan jargon dan yel – yel perjuangan mahasiswa, tidak lupa
mereka menyanyikan lagu – lagu perjuangan seperti Buruh Tani dan Darah Juang.
Masalah sempat ditemui ketika di beberapa fakultas Ambarawa kurang mendapat
dukungan bahkan ditolak, massa juga sempat waswas karena dikejar waktu yang
semakin sore, khawatir akan kepulangan pihak rektorat sebelum mereka sampai.
Namun menurut Presiden BEM FKH UB, Hendri Ramdhoni, hal ini tidak masalah
karena membuka mata masyarakat Brawijaya lebih dulu harus dilakukan, “nggak
apa – apa ketinggalan
Pak Warek II, yang penting mahasiswa ngerti
dulu dengan isu ini,” ucapnya di sela – sela aksi. Untungnya
Ambarawa berhasil lebih dulu mencapai rektorat sebelum birokrat bubar. Di sana
mereka langsung menyerukan berbagai orasi. Atmosfer persatuan sangat kental
diantara para mahasiswa, teriakan “Kita Satu Brawijaya!” menggema dimana –
mana. Sementara Ambarawa mengepung rektorat, Presiden EM Reza Adi, Ketua DPM Pusat,
serta Ketua Kongres melakukan lobying kepada Warek II, Bapak Sihab,
untuk mau turun, mendengarkan, dan merespon tuntutan mahasiswa, menggantikan
Prof Bisri yang sedang melakukan rapat SBMPTN di Surabaya. Setelah 1,5 jam
lebih, barulah Warek II turun. Dalam penjelasannya beliau menuturkan bahwa
untuk perumusan dan penetapan UKT sebenarnya menjadi kewenangan tiap fakultas
sendiri, “UKT itu yang menghitung adalah
PD2 masing – masing fakultas, rektorat hanya mengumpulkan, mengkaji ulang, dan
mengirimkannya ke Dirjen.” Beliau juga mengutarakan bahwa perumusan UKT
untuk mahasiswa baru 2015 belum ditentukan, “deadline-nya 4 Juli,” jawab Warek
kepada mahasiswa yang bertanya. Setelah terus ditekan, akhirnya Warek II mau
menandatangani tuntutan yang dilayangkan mahasiswa, dengan syarat beliau tidak
janji bisa memenuhi semua tuntutan tersebut karena sebagian tuntutan menyangkut
otonomi fakultas masing – masing. Meskipun tidak puas, mahasiswa cukup
dipuaskan dengan komunikasi yang lancar dengan Prof Bisri via pesan singkat.
Dalam pesannya kepada Reza, orang nomor satu UB itu mengiyakan keinginan
mahasiswa untuk berdiskusi lebih kondusif pada Senin (1/6), “Pak Bisri sedang rapat jadi tidak bisa
diganggu, namun beliau terus membalas sms
saya. Nanti kita akan adakan audiensi kembali terkait tuntutan ini,”
tukas Reza sambil menunjukan layar handphone-nya.
Setelah tuntutan ditandatangani,
massa tidak lantas membubarkan diri, namun langsung berkumpul di lapangan
rektorat. Walaupun target aksi tercapai, mereka menyatakan tidak puas dengan
hal ini karena pengalaman tahun lalu walaupun sudah ada kesepakatan tertulis
tetap saja rektorat tidak memenuhi tuntutan itu. Karena itu, dengan dikomandoi
oleh Mentri KP EM, Bayu Satria, Ambarawa akan kembali melakukan kajian terbuka
pada hari Minggu (31/5) di gazebo FK pukul 15.30 WIB untuk merancang strategi
dalam mengawal janji rektorat. Menarik ditunggu apa yang akan dilakukan oleh
mahasiswa dan pihak birokrat pada audiensi selanjutnya. (AB)
0 comments:
Post a Comment