.

Wednesday, June 3, 2015

Protes UKT (lagi), Mahasiswa UB Kepung Rektorat

Malang, Candida – “Selamat datang di kawasan industri pendidikan, PT. Brawijaya Tbk.” Begitulah bunyi spanduk aksi mahasiswa Brawijaya yang dilakukan di kampus UB pada Jumat (29/5) dalam rangka menyuarakan ketidaksetujuan mereka atas biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mahal. Aliansi yang menamakan diri mereka sebagai Ambarawa (Aliansi Mahasiswa Brawijaya) dan dikomandoi langsung oleh Kementrian Kebijakan Publik (KP) EM ini menuntut adanya komunikasi dan kerja sama yang baik dari birokrat untuk mengikutsertakan mahasiswa dalam pembahasan UKT. Dalam aksi ini, mahasiswa menuntut 3 hal yaitu: 1) Adanya transparansi, yakni pengeluaran, pemasukan, perumusan golongan dan kuota mahasiswa dalam setiap golongan, 2) Melibatkan mahasiswa dalam proses perumusan UKT dan 3) Penurunan nominal UKT. Aksi ini merupakan bentuk respon mahasiswa karena pihak rektorat tidak kunjung memenuhi tuntutan mahasiswa tentang transparansi dana, padahal sebelumnya telah banyak dilakukan audiensi yang ternyata tidak kunjung menemui titik temu. Aksi diikuti oleh sekitar 70 mahasiswa dari EM dibantu BEM berbagai fakultas, diantaranya FH, FP, Vokasi, FK, FISIP, FKH dan lainnya. FKH sendiri menjadi fakultas yang menurunkan massa aksi cukup banyak (22 orang), dimana lebih dari setengahnya terus bertahan sampai aksi diakhiri.
Ambarawa mulai berkumpul di depan Samantha Krida (Sakri) selepas sholat Jumat. Aksi diawali dengan longmarch memutari kampus UB, dimulai dari FTP, lalu menuju FK, FP, FPIK, FMIPA, FISIP, FH, FIA, lalu diakhiri dengan longmarch menuju rektorat. Longmarch dilakukan untuk membuka mata sekaligus mengajak mahasiswa Brawijaya yang lain untuk ikut dalam aksi ini, karena beberapa fakultas ternyata memilih tidak menyatakan sikap terhadap problematika UKT ini. Selama longmarch Ambarawa tidak berhenti menyerukan jargon dan yel – yel perjuangan mahasiswa, tidak lupa mereka menyanyikan lagu – lagu perjuangan seperti Buruh Tani dan Darah Juang. Masalah sempat ditemui ketika di beberapa fakultas Ambarawa kurang mendapat dukungan bahkan ditolak, massa juga sempat waswas karena dikejar waktu yang semakin sore, khawatir akan kepulangan pihak rektorat sebelum mereka sampai. Namun menurut Presiden BEM FKH UB, Hendri Ramdhoni, hal ini tidak masalah karena membuka mata masyarakat Brawijaya lebih dulu harus dilakukan, nggak apa – apa ketinggalan Pak Warek II, yang penting mahasiswa ngerti dulu dengan isu ini,” ucapnya di sela – sela aksi. Untungnya Ambarawa berhasil lebih dulu mencapai rektorat sebelum birokrat bubar. Di sana mereka langsung menyerukan berbagai orasi. Atmosfer persatuan sangat kental diantara para mahasiswa, teriakan “Kita Satu Brawijaya!” menggema dimana – mana. Sementara Ambarawa mengepung rektorat, Presiden EM Reza Adi, Ketua DPM Pusat, serta Ketua Kongres melakukan lobying kepada Warek II, Bapak Sihab, untuk mau turun, mendengarkan, dan merespon tuntutan mahasiswa, menggantikan Prof Bisri yang sedang melakukan rapat SBMPTN di Surabaya. Setelah 1,5 jam lebih, barulah Warek II turun. Dalam penjelasannya beliau menuturkan bahwa untuk perumusan dan penetapan UKT sebenarnya menjadi kewenangan tiap fakultas sendiri, “UKT itu yang menghitung adalah PD2 masing – masing fakultas, rektorat hanya mengumpulkan, mengkaji ulang, dan mengirimkannya ke Dirjen.” Beliau juga mengutarakan bahwa perumusan UKT untuk mahasiswa baru 2015 belum ditentukan, deadline-nya 4 Juli,” jawab Warek kepada mahasiswa yang bertanya. Setelah terus ditekan, akhirnya Warek II mau menandatangani tuntutan yang dilayangkan mahasiswa, dengan syarat beliau tidak janji bisa memenuhi semua tuntutan tersebut karena sebagian tuntutan menyangkut otonomi fakultas masing – masing. Meskipun tidak puas, mahasiswa cukup dipuaskan dengan komunikasi yang lancar dengan Prof Bisri via pesan singkat. Dalam pesannya kepada Reza, orang nomor satu UB itu mengiyakan keinginan mahasiswa untuk berdiskusi lebih kondusif pada Senin (1/6), “Pak Bisri sedang rapat jadi tidak bisa diganggu, namun beliau terus membalas sms saya. Nanti kita akan adakan audiensi kembali terkait tuntutan ini,” tukas Reza sambil menunjukan layar handphone-nya.

Setelah tuntutan ditandatangani, massa tidak lantas membubarkan diri, namun langsung berkumpul di lapangan rektorat. Walaupun target aksi tercapai, mereka menyatakan tidak puas dengan hal ini karena pengalaman tahun lalu walaupun sudah ada kesepakatan tertulis tetap saja rektorat tidak memenuhi tuntutan itu. Karena itu, dengan dikomandoi oleh Mentri KP EM, Bayu Satria, Ambarawa akan kembali melakukan kajian terbuka pada hari Minggu (31/5) di gazebo FK pukul 15.30 WIB untuk merancang strategi dalam mengawal janji rektorat. Menarik ditunggu apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa dan pihak birokrat pada audiensi selanjutnya. (AB)

0 comments:

Post a Comment