Surga, kata ini tepat untuk
mendeskripsikan keadaan Taman Nasional Bali Barat. Rimbunnya hutan, satwa liar
dan kearifan lokal yang harmoni menjadikannya surga Pulau Dewata. Selain
keindahan, Taman Nasional Bali Barat juga memiliki suasana yang tenang, hal ini
berbeda dengan kawasan wisata di Bali yang padat pengunjung.
Selain keindahan alam, Taman
Nasional Bali Barat juga memiliki keanekaragaman hayati yang meliputi berbagai
macam ekosistem, anatara lain hutan mangrove,hutan pantai, hutan hujan dataran
rendah, evergreen forest dan savana.
Keragaman flora dan fauna di tempat ini terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis
mamalia dan 160 jenis aves. Berdasarkan ketinggian tempat, kawasan TNBB dibagi
menjadi 2 ekosistem, dintaranya: ekosistem darat yang meliputi ekosistem hutan
mangrove, ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan musim, ekosistem hutan hujan
dataran rendah, ekosistem evergreen,
ekosistem savana dan ekosistem river rain forest. Selain itu ada ekosistem laut
yang meliputi ekosistem coral reef,
ekosistem pantai berpasir, ekosistem laut dangkal dan laut dalam serta ekosistem
padang lamun. Semua aset didalam taman nasional ini dilindungi pemerintah
melalui polisi hutan dan para PEH (Pengendali Ekosistem Hutan).
Selain keindahan alam, pada TNBB
juga terdapat beberapa satwa langka yang hidup di Taman Nasional Bali Barat.
Jenis fauna langka yang terdapat di TNBB diantaranya adalah jalak bali (leucopsar rothsschildi), kancil (Tragulus javanicus), dan biawak (Varanus salvator). Beberapa satwa
tersebut berstatus langka dan dilindungi. Beberapa satwa liar tersebut dapat
dijumpai pada pos pengamatan Lampu Merah yang merupakan area pelepasliaran.
Sepanjang jalan menuju konservasi
hutan pantai di TNBB dapat dijumpai monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung (Trachypithecus auratus) seakan
akan menyambut pengunjung yang datang. Pada kepercayaan masyarakat sekitar,
monyet ekor panjang adalah hewan yang disakralkan. Oleh karena itu masyarakat
sekitar memperlakukan monyet ini dengan baik, sehingga monyet-monyet ini pun
tidak agresif ketika bertemu dengan manusia.
Selain konservasi in-situ, pada
TNBB terdapat konservasi ek-situ berupa penangkaran. Terdapat penangkaran
burung jalak bali yang merupakan satwa endemik Pulau Dewata dan merupakan salah
satu satwa langka Indonesia. Menurut
data yang didapat dari petugas PEH, saat ini terdapat 12 ekor burung jalak bali
yang ditangkarkan. Burung-burung di penangkaran ini akan dilepasliarkan di
kawasan TNBB guna menjaga keseimbangan ekosistem di alam.
Tiada jalan tanpa rintangan, begitu
pula dalam hal usaha konservasi. Terdapat kendala yang dialami pengurus TNBB
dalam usahanya melakuan konservasi alam. Salah satu kendala yang dialami adalah
maraknya perdagangan satwa liar. Karena hal ini, banyak satwa dari Taman
Nasional Bali Barat yang menjadi korban. Satwa-satwa yang akan dijual ditangkap
dengan cara meracuni kubangan air yang biasa digunakan satwa untuk minum,
sehingga ketika satwa sasaran pingsan dapat dengan mudah dibawa keluar dari
kawasan taman nasional melalui lahan yang berdekatan dengan kawasan taman
nasional.
Selain perdagangan liar, kurangnya
tenaga veteriner yang menetap di kawasan
taman nasional juga menjadi kendala. Hal ini berakibat pada banyaknya hewan yang mati akibat terlambatnya bantuan medis. Oleh
kerena itu, seharusnya terdapat dokter hewan yang menetap di kawasan taman
nasional. Selain mengobati satwa yang terluka, dokter hewan tersebut dapat
mengurangi potensi zoologi dari satwa liar. (HS)
0 comments:
Post a Comment