.

Sunday, April 26, 2015

Hasil Pertemuan Perwakilan Mahasiswa Universitas se-Indonesia Dengan WATIMPRES Republik Indonesia”


            6 bulan lebih sudah berjalan kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kala sejak dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada Oktober lalu. Sejalan dengan hal tersebut berbagai kalangan masyarakat terus melakuakan pengawalan dan evaluasi jalannya pemerintahan  untuk memastikan bahwa janji-janji yang diusung oleh pasangan presiden dan wakil presiden ini selama kampanye benar-benar direalisasikan. Hal tersebut pula yang mendorong para mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia menggelar aksi serempak yang bertujuan untuk menuntut janji-janji yang pernah diutarakan tersebut. Janji-janji yang dulu dikatakan pro-rakyat ternyata sebaliknya, beberapa kebijakan yang diberikan malah menyengsarakan rakyat. Tuntutan-tuntutan tersebut diantaranya mengenai perbaikan berbagai sektor,  khususnya sektor ekonomi yaitu menuntut agar dikembalikannya subsidi BBM yang merupakan pokok dari kehidupan ekonomi rakyat Indonesia dan juga tuntutan untuk melakukan nasionalisasi aset milik negara contohnya PT. Free Port yang saat ini dibawah naungan Amerika. Berbagai cara dilakukan oleh satuan mahasiswa se-Indonesia, terutama aktivis-aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) baik dengan cara melakukan aksi turun ke jalan di wilayah universitas masing-masing atau aksi satu titik para mahasiswa dari universitas se-Indonesia, menulis surat yang berisi aspirasi rakyat kepada pemerintah melalui fax atau menyampaikannya secara lansung, melakukan dialog dengan para petinggi pemerintahan dan yang paling diharapkan adalah dapat melakukan dialog dengan presiden secara langsung.
            Menanggapi hal tersebut Dewan Pertimbangan Presiden (WATIMPRES) pada 21 April lalu mengundag 9 universitas di Indonesia yang diantaranya yaitu, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanudin, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatra Utara, Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Islam Negeri Jakarta untuk datang ke Kantor Dewan Pertimbangan Presiden di Jakarta untuk melakukan dialog secara langsung dan membahas isu-isu pemerintahan yang sedang terjadi. Namun, hal  yang terjadi tidak sesuai dengan harapan Mahasiswa yang hadir dalam dialog tersebut dimana dalam dialog yang dilaksanakan tidak dihadiri oleh presiden dan hanya dihadiri oleh anggota WATIMPRES yang hanya dapat memberi tanggapan dan tidak memiliki wewenang untuk memberi keputusan atas tuntutan yang disampaikan. Hal tersebut membuat kecewa segenap delegasi dari universitas yang hadir dan telah menanti-nantikan kesempatan untuk dapat berdialog dan menyampaikan aspirasi secara langsung kepada Presiden.
            Reza Adi Pratama (Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya tahun 2014-2015) yang merupakan delegasi dari Universitas Brawijaya  yang hadir dalam  dialog tersebut mengundang segenap pers dari setiap fakultas di universitas Brawijaya pada tanggal 26 April 2015 di Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya untuk menyampaikan hasil dialog yang dilakukan pada 21 April tersebut. Dalam  kesempatan tersebut Reza mengungkapkan kekecewaannya, Reza memaparkan bahwa dialog yang dilakukan di Kantor Dewan Pertimbangan Presiden tersebut hanyalah dialog normatif yang hanya bersifat untuk menampung dan menyaring aspirasi tanpa menghasilkan keputusan yang jelas dan konkrit yang seharusnya dapat dilakukan oleh Presiden. “Dalam pertemuan tersebut saya lebih memilih untuk walk out saja karena saya rasa dialog  tersebut bukan forum yang efektif sebab waktu yang diberikan sangat singkat dan topik diskusi yang terlalu umum bahkan sangat normatif dan tidak ada bedanya dengan aksi-aksi yang telah dilakukan sebelumnya. Presiden yang diharapkan untuk dapat dikonfirmasi atas janji-janjinya tesebut dan dapat memberi keputusan secara langsung pun tidak hadir, jadi apa gunanya diadakannya forum dialog tersebut. Di dalam kesempatan tersebut saya hanya membacakan pernyataan sikap Mahasiswa Universitas Brawijaya dan menyampaikan surat undangan dialog terbuka Mahasiswa se-Indonesia dengan Presiden RI, Joko Widodo yang diterima oleh sekretaris WATIMPRES, Bapak Subiyanto. Setelah menyerahkan surat yang berisi Pernyataan Sikap Mahasiswa Universitas Brawijaya dan kemudian mendapat tanda tangan saya pun memilih untuk izin keluar meninggalkan  forum dialog” ungkap Reza. Saat ditanya apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh para mahasiswa se-Indonesia untuk menindaklanjuti hal tersebut, Reza mengatakan bahwa sudah dilakuakn konsilidasi antar universitas se-Indonesia untuk menunggu balasan dan keputusan atas surat yang berisi pernyataan sikap tersebut dan setelah itu para mahasiswa akan kembali melakukan aksi pada Bulan Mei yang topiknya tidak jauh berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya. “Kami akan melakukan aksi satu titik, kalau tidak di depan Istana Presiden, di depan Kantor DPR RI hingga pernyataan yang kami sampaikan ditanggapi” tutur Reza saat diwawancarai apa yang akan dilakukan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan belum juga ada tanggapan atas surat pernyataan sikap mahasiswa yang diajukan.(FH)

            

0 comments:

Post a Comment