.

Friday, August 7, 2015

Road to Candida’s Reborn: Pantaskah Istilah Autis digunakan sebagai Olokan ???



 
Istilah “Autis” mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, bahkan tidak jarang pula sebagian dari kita menggunakan istilah autis untuk memperolok seseorang yang selalu asyik dengan kegemarannya dan bahkan cenderung menyebabkan orang tersebut tidak peduli dengan orang atau hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Entah tahu atau tidak apa sebenarnya arti kata autis dan apakah autisme itu, namun pada kenyataannya banyak sekali orang menyebut kata autis sebagai suatu candaan atau bahan olokan di antara kita dalam percakapan sehari-hari atau dalam komentar-komentar di dunia maya. Namun, apakah sebenarnya autis atau autisme itu....???.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas, dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993).Menurut Yayasan Peduli Autisme Indonesia yang dituliskan dalam blognya,Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini sang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.”
Kebanyakan anak-anak dengan autisme menyukai suatu pola repetitif tertentu. Misalnya, duduk sambil memajukan dan memundurkan badannya berulang-ulang, tiada henti memutar-mutar jarinya di dalam gelas, atau perilaku berulang lainnya. Selain itu, mereka kadang terikat pada suatu perilaku obsesif. Misalnya, suka sekali mengurutkan mainannya menjadi suatu barisan, menempatkan segala sesuatunya pada tempat-tempat tertentu dan tidak boleh berubah, atau dalam kegiatan makan memiliki pola urutan tertentu yang tidak boleh diganggu. Apabila dua bentuk perilaku tersebut (repetitif dan obsesif) terganggu, bisa jadi anak-anak ini marah dan tidak terkendali emosinya. Selain itu, kesulitan berkomunikasi yang mereka alami menyebabkan mereka seperti terisolasi dalam dunianya sendiri. Secara umum, orang-orang memandang penderita autis adalah orang yang sibuk dengan dunianya sendiri, tidak bisa bersosialisasi, tidak bisa berkomunikasi dengan lingkungannya. Sebagian pandangan itu benar, namun perlu digaris bawahi bahwa autis atau autisme bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah kondisi dimana seorang individu mengalami gangguan perkembangan terutama dalamhal interaksi dan komunikasinya.
Akan tetapi, pernahkah terpikir oleh Sahabat Mak Can bahwa mereka tidak pernah mau dilahirkan dengan kondisi seperti itu??? Suatu kondisi yang kita anggap beda dengan kebanyakan kita, suatu kondisi yang pelik dan terkadang sulit dipahami oleh sebagian besar dari kita juga. Lalu, pernahkah Sahabat Mak Can memposisikan diri sebagai orangtua anak penderita autisme??? Tahukah Sahabat perasaan mereka??? Tahukah Sahabat bagaimana perjuangan mereka agar buah hatinya bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak pada umumnya??? Tahukah betapa nelangsanya hati mereka ketika mendengar istilah yang menggambarkan kondisi anak mereka(red. Autis) dijadikan sebagai olokan???
Orangtua mana yang tidak sedih melihat kondisi anaknya seperti itu bahkan dapat dipastikan tidak ada satu pun orang yang mau mengalami kondisi tersebut. Jadi, alih-alih membuat hal ini semakin buruk, lebih baik kita berpikir sekali lagi “Pantaskah istilah autis digunakan sebagai olokan???”. Mari bersikap positif, hentikan kebiasaan buruk tersebut, “stop penggunaan kata autis sebagai bahan olokan!!!”.Hargai orang lain bagaimanapun kondisinya dengan menanamkan empati terhadap sesama, sehingga akan mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur kepada Yang Kuasa atas apa yang kita miliki sekarang dan menjauhkan diri dari rasa sombong yang menganggap diri kita paling sempurna dibandingkan orang lain.Mari belajar menempatkan diri untuk selalu menjaga ucapan dan perilaku agar tidak menyakiti sesama dan yang terpenting berpikir dahulusebelum berucap. Salam Mak Can. (FH)

#D-40Candida’sReborn

0 comments:

Post a Comment