.

Monday, August 10, 2015

Road to Candida’s Reborn: Para Pencinta Gunung, Gunung Raung Pantas Dicoba

Gunung Raung adalah salah satu gunung tertinggi di daerah Jawa Timur dengan ketinggian 3.332 mdpl. Aktivitas vulkanik gunung yang berada di perbatasan Jember, Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur ini meningkat sejak 29 Juni 2015 lalu. Sejak saat itu, media banyak mengangkat Gunung Raung sebagai topik berita di berbagai media. Meski tak se-eksis Gunung Semeru, Gunung Raung ternyata memiliki pesona pendakian yang tidak kalah menarik. Berikut Mak Can akan kupas pesona Gunung Raung yang mungkin masih banyak orang tidak tahu.
Keunikan pertama dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang berbentuk elips dengan kedalaman sekitar 500 meter yang selalu berasap dan sering menyemburkan api serta terdapat kerucut setinggi kurang lebih 100 meter. Gunung Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan disekitarnya banyak bukit-bukit kecil yang mendukung sebuah view puncak gunung yang menakjubkan. Untuk mendaki Gunung Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso menuju Desa Sumber Wringin dengan menggunakan colt melalui Sukosani. Perjalanan diawali dari Desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju Pondok Motor. Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat. Dari Pondok Motor ke Gunung Raung, dimulai dengan melalui kebun selama 1 jam lalu pendakian memasuki hutan dengan sudut pendakian yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 20 derajat. Setelah pendakian selama 2 jam, pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun sampai ketinggian. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju Pondok Sumur, setelah itu pendakian akan mulai sulit dan sudut pendakian mulai membesar serta jalur pendakian kurang jelas karena hanya semak-semak. Pendakian akan terus berlangsung selama 3 jam hingga dicapai Pondok Demit. Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam hingga dicapai batas hutan yang dikenal dengan nama Pondok Mayit, di tempat inilah pendaki beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju Puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju Puncak Gunung Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam saja.
Puncak Gunung Raung ini berada pada ketinggian 3.332 meter dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang jelas untuk menuju dasar kawah sehingga pendaki yang bermaksud menuruni kawah harus mempersiapkan tali temali ataupun peralatan lainnya sebagai langkah pengamanan. Dalam perjalanan ke Puncak Gunung Raung tidak ada mata air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk mendaki Gunung Raung tidak diperlukan izin khusus, hanya saja kita perlu lapor ke Aparat Desa di Sumber Wringin.
Hal lain yang menarik dari Gunung raung adalah nama pos-pos pendakiannya yang terbilang angker. Sebut saja Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin, selain namanya yang seram, cerita mistis-pun acapkali terjadi di pos-pos ini. Pondok sumur misalnya, terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada, hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah juga terdengar suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda. Selanjutnya Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, pada hari-hari tertentu akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu. Pondok Mayit adalah pos yang sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh oleh para pejuang saat itu. Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya Kota Bondowoso dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang terjal. Wow lumayan menakutkan juga ya.
Selain nama pos dan sejarahnya masing-masing, kejadian aneh pun sering dialami oleh para pendaki. Seperti terdengar suara derap kaki kuda yang dipercaya adalah suara derap kaki pasukan pengawal Ratu Laut Selatan yang mengunjungi suaminya di gunung tersebut. Pesan dari para pendaki yang pernah melakukan pendakian di Gunung Raung,sebaiknya jika mendengar suara-suara seperti ini pura-pura tidak mendengar saja, karena semakin kita berusaha mendengarkan maka bunyinya akan semakin jelas dan tanpa kita sadari kita akan ikut terbawa ke alam gaib.
Nah, inilah pesona Gunung Raung dengan segala kemistikannya. Untuk para pendaki yang yakin dengan nyalinya, boleh lah mencoba menaklukkan gunung ini. Tetapi, jangan dalam waktu dekat ya, Gunung Raung sekarang masih “batuk-batuk” dengan abu vulkaniknya yang sempat membuat beberapa bandara di Jawa Timur dan sekitarnya ditutup. Jika ingin melakukan pendakian, kita tunggu hingga situasi Gunung Raung aman dan jangan lupa minta izin dulu di pos pendakian serta aparat desa setempat. Salam Mak Can (NR) 
#D-37Candida’sReborn

0 comments:

Post a Comment