Gunung
Raung adalah salah satu gunung tertinggi di daerah Jawa Timur dengan ketinggian
3.332 mdpl. Aktivitas vulkanik gunung yang berada di perbatasan Jember,
Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur ini meningkat sejak 29 Juni 2015 lalu.
Sejak saat itu, media banyak mengangkat Gunung Raung sebagai topik berita di
berbagai media. Meski tak se-eksis Gunung Semeru, Gunung Raung ternyata
memiliki pesona pendakian yang tidak kalah menarik. Berikut Mak Can akan kupas
pesona Gunung Raung yang mungkin masih banyak orang tidak tahu.
Keunikan
pertama dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang berbentuk elips dengan
kedalaman sekitar 500 meter yang selalu berasap dan sering menyemburkan api
serta terdapat kerucut setinggi kurang lebih 100 meter. Gunung Raung termasuk
gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan disekitarnya banyak bukit-bukit
kecil yang mendukung sebuah view puncak gunung yang menakjubkan. Untuk mendaki
Gunung Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso menuju
Desa Sumber Wringin dengan menggunakan colt melalui Sukosani. Perjalanan
diawali dari Desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju
Pondok Motor. Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat. Dari Pondok
Motor ke Gunung Raung, dimulai dengan melalui kebun selama 1 jam lalu pendakian
memasuki hutan dengan sudut pendakian yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 20
derajat. Setelah pendakian selama 2 jam, pendaki akan menemukan jalan berkelok
dan naik turun sampai ketinggian. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara
lalu pendakian diteruskan menuju Pondok Sumur, setelah itu pendakian akan mulai
sulit dan sudut pendakian mulai membesar serta jalur pendakian kurang jelas
karena hanya semak-semak. Pendakian akan terus berlangsung selama 3 jam hingga
dicapai Pondok Demit. Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam
hingga dicapai batas hutan yang dikenal dengan nama Pondok Mayit, di tempat
inilah pendaki beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui
padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju Puncak Gunung
Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju
Puncak Gunung Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam saja.
Puncak
Gunung Raung ini berada pada ketinggian 3.332 meter dari permukaan laut dan
sering bertiup angin kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang
jelas untuk menuju dasar kawah sehingga pendaki yang bermaksud menuruni kawah
harus mempersiapkan tali temali ataupun peralatan lainnya sebagai langkah
pengamanan. Dalam perjalanan ke Puncak Gunung Raung tidak ada mata air.
Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk
mendaki Gunung Raung tidak diperlukan izin khusus, hanya saja kita perlu lapor
ke Aparat Desa di Sumber Wringin.
Hal
lain yang menarik dari Gunung raung adalah nama pos-pos pendakiannya yang
terbilang angker. Sebut saja Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan
Pondok Angin, selain namanya yang seram, cerita mistis-pun acapkali terjadi di
pos-pos ini. Pondok sumur misalnya, terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan
seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada,
hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah juga terdengar
suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda. Selanjutnya
Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut
atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, pada hari-hari tertentu
akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi
pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya
dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu. Pondok Mayit adalah pos yang
sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang
menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang
dibunuh oleh para pejuang saat itu. Pondok Angin yang juga merupakan pondok
terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau
karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan
pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya Kota Bondowoso
dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam
yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung
di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang
meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang
terjal. Wow lumayan menakutkan juga ya.
Selain
nama pos dan sejarahnya masing-masing, kejadian aneh pun sering dialami oleh
para pendaki. Seperti terdengar suara derap kaki kuda yang dipercaya adalah
suara derap kaki pasukan pengawal Ratu Laut Selatan yang mengunjungi suaminya
di gunung tersebut. Pesan dari para pendaki yang pernah melakukan pendakian di
Gunung Raung,sebaiknya jika mendengar suara-suara seperti ini pura-pura tidak
mendengar saja, karena semakin kita berusaha mendengarkan maka bunyinya akan
semakin jelas dan tanpa kita sadari kita akan ikut terbawa ke alam gaib.
Nah, inilah pesona Gunung Raung dengan
segala kemistikannya. Untuk para pendaki yang yakin dengan nyalinya, boleh lah
mencoba menaklukkan gunung ini. Tetapi, jangan dalam waktu dekat ya, Gunung
Raung sekarang masih “batuk-batuk” dengan abu vulkaniknya yang sempat membuat
beberapa bandara di Jawa Timur dan sekitarnya ditutup. Jika ingin melakukan
pendakian, kita tunggu hingga situasi Gunung Raung aman dan jangan lupa minta
izin dulu di pos pendakian serta aparat desa setempat. Salam Mak Can (NR)
#D-37Candida’sReborn
0 comments:
Post a Comment