.

Sunday, July 12, 2015

Ke Museum Ku ‘Kan Kembali





*Sumber: National Geographic Indonesia/Harian Kompas

Malang, Candida – Liburan telah memasuki hari ke-12, sudah kemana saja Sahabat – sahabat Candida bertamasya? Sebelumnya, masih ingatkah kalian tentang banyaknya kegiatan yang sudah terselesaikan dengan baik pada masa – masa sibuk di semester genap kemarin. Pada 20 Mei lalu misalnya, Kementerian Kajian Strategi (Kastrat) BEM FKH UB melakukan aksi terkait Hari Kebangkitan Nasional. Tema yang diusung adalah “Bangkit KH! Bangkit Mahasiswa!”, alasannya karena nasionalisme mahasiswa zaman sekarang telah terkikis oleh modernisasi. Memang sudah seharusnya mahasiswa (dan anak – anak) kini kembali menumbuhkan rasa cinta mereka akan tanah air. Lantas adakah cara yang menyenangkan untuk mendidik diri mengembalikan rasa nasionalisme? Ada! Dengan liburan.
            Masa libur kuliah masih panjang. Mahasiswa jengah di rumah, mall pun mulai membosankan. Untungnya di Indonesia masih banyak tempat menarik yang layak dikunjungi. Museum misalnya, bisa menjadi alternatif untuk melewatkan waktu luang di akhir pekan atau cuti pendek tengah minggu bersama keluarga. Seperti dilansir dalam artikel National Geographic Indonesia, museum di Jakarta yang masuk daftar teratas untuk dikunjungi tentu saja Museum Nasional atau yang biasa disebut Museum Gajah. Siapa pun bakal merasa nyaman di sini. Kompleks museum luas dilengkapi parkir bawah tanah. Banyak tempat lapang yang membuat anak – anak bebas berlarian sekaligus bisa mengenali benda – benda seni atau cagar budaya di sekitarnya.
            Masih begitu banyak koleksi museum ini yang membuat sadar betapa kayanya Indonesia. Selalu muncul tanya dari para pengunjung, khususnya anak – anak, saat melihat arca batu, alat – alat musik dari berbagai penjuru Nusantara, hingga koleksi tengkorak manusia purba dan tinggalan prasejarah seperti kapak batu. Begitu banyak koleksi ditampilkan di Museum Nasional. Sehari tidak akan cukup waktu untuk mencermati lebih dari 141.000 koleksinya. Kondisi itu, di satu sisi, memberikan peluang bagi pengunjung untuk selalu datang kembali ke museum. Namun, koleksi yang tumpah ruah berjejalan, seperti tampak di Taman Arkeologi, terkesan mengerdilkan arti penting benda – benda bersejarah. Sebenarnya, kekuatan koleksi yang ditampilkan berada pada cerita di baliknya. Museum harus bisa memberikan ruang dan kesempatan bagi pengunjung untuk menikmati setiap koleksi kemudian melihat kemiripannya satu sama lain.
            Kita wajib menyadari bahwa pengelolaan museum yang baik tidak terletak pada berapa banyak koleksi yang bisa mereka hasilkan, namun terletak pada bagaimana pengelola mampu membawa pikiran kita, para pengunjung, untuk berimajinasi, masuk ke dalam cerita yang melatarbelakangi suatu koleksi. Dengan begitu, kita yang datang untuk berlibur tidak hanya melakukan refreshing, namun juga belajar tentang sejarah bangsa kita sendiri. Ingat, Jas Merah! Jangan Sekali – kali Melupakan Sejarah! Sejarah yang terkandung dalam suasana museum akan membangkitkan rasa nasionalisme kita. Seperti kata aktivis pelestarian budaya dan sejarah Indonesia, Asep Kambali, perubahan itu bisa dimulai dengan menumbuhkan rasa cinta akan budaya dan sejarah negeri sendiri. Salah satu caranya, yaitu dengan sering – sering main ke museum. Yuk! (AB/Sumber: National Geographic Indonesia, Harian Kompas)

#D-66Candida'sReborn

0 comments:

Post a Comment