.

Saturday, July 18, 2015

Road to Candida’s Reborn: Jangan Dekati Aku,Kumohon!!



Senin pagi ini terasa mendung. Entah mengapa upacara kali ini terasa berbeda. Tidak hanya aku mungkin yang merasakannya,gadis disampingku juga. Dia terlihat gelisah dari tadi. Beberapa kali dia melihat kearahku dan secepatnya memalingkan muka. Bibirnya nampak bergetar dan wajahnya pucat.
            “Hei, kenapa? Ujarku sambil berusaha menyentuhnya.
            Dia terperanjat dan berusaha menjauhkan badannya dariku sambil gemetar.
            “Kamu baik-baik saja kan?” Tanyaku lagi.
Ia menggeleng lemah dan tetap bergetar. Ah,Amel begitu lemah dan cantik. Aku mengamati wajah gadis itu lagi. Dia tampak tak nyaman dengan pandanganku dan berusaha agar tetap menjauh dari tempatku berdiri. Dia tampak tak ingin dekat-dekat denganku.
“Eh Mel,kamu udah tahu kan kalo si Dion meninggal kemarin sore? Kamu kan dekat tuh sama dia,kamu juga katanya punya indra keenam,pasti kamu udah liat si Dion kan. Jangan-jangan dia ada disini lagi. Gentayangan..”,suara Shinta dan Wilda mendekati kami. Amel melirikku lagi. Matanya nampak sangat ketakutan. Dan langsung memalingkan muka lagi. Ia menunduk sambil menggeleng. Astaga,ada air yang menetes dari matanya. Amel menangis. Gadis cantik itu menangis. Sudah keterlaluan mereka berdua ini,aku akan memberi mereka pelajaran. Sebelum aku sempat melakukannya, kepala sekolah memulai pidatonya sehingga aku mengurungkan niatku untuk memberi pelajarankedua gadis jahat tadi.           
“Anak-anakku sekalian,Bapak disini akan menyampaikan berita duka. Bahwasanya salah satu teman kita,Dion Saputra kelas VIII C dan juga kapten tim basket SMA ini  mengalami kecelakaan motor kemarin sore saat pulang latihan sekitar pukul 4 sore. Seperti kita ketahui,semasa hidupnya almarhum adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan. Tidak hanya kalian yang merasa kehilangan,kami para jajaran guru pun merasa sangat kehilangan sosok Dion yang luar biasa. Marilah kita semua berdoa agar arwah tenang dan diterima disisi Tuhan yang Maha Esa.”
Semua anak nampak menunduk. Deretan guru pun menunduk. Semuanya menampakkan wajah yang sedih sambil berdoa dengan khidmat. Sesegukan disamping menyadarkanku. Amel terlihat masih bergetar dan terdengar isak halus dari dirinya. Setiap isakan itu membuat badannya terlihat berguncang. Entah mengapa pagi ini Amel terlihat begitu rapuh.   
Tak hanya di lapangan saja Amel menghindariku. Selama dikelas pun juga. Dia seperti menarik diri dari pergaulan. Dia hanya berbicara sedikit dan jika bel pulang sudah berbunyi,dia langsung pulang dengan cepat seolah selalu terburu-buru. Dan tidak sempat walaupun hanya pamit denganku padahal aku duduk tepat disampingnya. Amel selalu tertutup, dia adalah anak yang pendiam dan sering dipanggil “dukun” oleh teman sekelas. Terutama kelompok Shinta dan Wilda. Dua orang itu nampak sangat tidak suka dengan Amel,terlebih sejak aku dekat dengannya. Awalnya aku juga tidak terlalu dekat dengan Amel. Namun karena satu pelajaran,aku dikelompokkan berdua dengan Amel. Dari situ aku mengerti kalau Amel ternyata anaknnya sangat menyenangkan dan juga cantik. Selama ini disekolah dia tidak biasa tertawakarena dia tidak bisa memulai percakapan terlebih dahulu. Dia akan menunggu orang lain memulai percakapan,barulah setelah itu dia bisa berbicara dengan orang tersebut.Karena gosip aneh tentang “dukun”,tak ada yang mengajak Amel berteman. Karena  lebih dari setengah semester tidak ada yang mengajaknya bicara sehingga akhirnya dia tidak punya teman sama sekali. Di rumah,Amel adalah sosok yang periang. Dia juga sangat ramah, sangat pintar dan sangat cantik.Ia mengaku padaku dia memang memiliki sedikit kemampuan khusus,yaitu bisa melihat makhluk halus,namun dia bilang tidak semua,ia hanya mampu melihat orang yang memiliki ikatan kuat dengannya.Sejauh ini ia hanya mampu melihat almarhumah neneknya, neneknya meninggal pada saat dia berusia 7 tahun. Dan itu sudah sangat lama. Sejak saat itu,aku dan Amel sering bicara dan Amel tak menutup diri lagi dariku. Jika dia tidak pernah tersenyum kepada teman yang lain,dia adalah orang yang paling sering tersenyum kepadaku dan entah mengapa, akhir-akhir ini Amel begitu berubah. Sudah tujuh hari semenjak Amel selalu berusaha menjauhi dan aku selalu mencoba berbicara dan dekat dengannya lagi seperti dulu.
            “Mel,kamu kenapa sih ? “,tanyaku sambil mendekatinya.
            Amel nampak makin pucat. Kaki serta badannya langsung bergetar hebat. Mulutnya seperti ingin megatakan sesuatu namun tidak juga terdengar karena suaranya yang seperti hilang.
            “Eh dukun,lo ngapain komat-kamit gitu. Jangan-jangan lo lagi liat setan ya?“,ujar Shinta dan gengnya datang.
            “Enggak....enggak..engga...ada..apa..apa..”,jawab Amel dengan suara bergetar.
            “Hah,lo buktiin dong kalo lo ngga bisa liat setan. Lo berani nggak ke ruang ganti jam segini? Kalo lo berani pergi,kita ngga akan gangguin lo lagi deh..”, tiba-tiba Wilda berkata dengan sinis.
            “Hahahahahah..iya Mel. Tempat itu kan terkenal angker di sekolah ini. Anak basket aja kalo gunain ruangan itu pasti siang dan rame-rame. Kalo sendirian mana berani”,tambah Shinta.
Ruang ganti, ruangan yang penuh dengan kaca. Dan memang terkenal angker di sekolah. Mereka sungguh jahat. Mereka mempermainkan Amel. Tak kusangka Amel mengangguk dan langsung berlari ke arah ruang ganti.
            “Amel..Amel..,”aku berteriak berusaha mengejar Amel yang berlari kencang. Ada sedikit desiran aneh ketika aku menuruni tangga menuju ruang ganti. Biasanya aku santai saja lewat sini. Entah kenapa saat ini perasaanku tidak enak. Aku berusaha memanggil Amel,namun tidak ada jawaban.
            Akupun memasuki ruang ganti yang memiliki banyak kaca dan cat berwarna putih. Perasaanku makin tidak enak. Aku ingin segera menemukan Amel. Tiba-tiba aku melihat Amel disalah satu sudut. Di depan sebuah loker.
            “Mel...”,aku mendekati Amel
            “Aaaaaaa..Tinggalkan aku,tinggalkan aku..”,Amel berteriak sangat keras.
            “Tapi kenapa Mel,salah aku apa ? “,aku menjawab sambil tetap mendekatinya.
            “Tinggalkan aku,tinggalkan aku,Dion. Kumohon...!!!,”Amel berlari meninggalkan aku.
            Dion...aku terperanjat kaget. Aku melihat bayanganku sendiri di kaca loker. Oh Tuhan,aku berlumuran darah dengan mata yang hampir lepas. Darah mengucur deras dikepalaku dan aku masih memakai seragam basket. Oh Tuhan,aku Dion.. (NR)

#D-59Candida’sReborn

0 comments:

Post a Comment