Senin
pagi ini terasa mendung. Entah mengapa upacara kali ini terasa berbeda. Tidak
hanya aku mungkin yang merasakannya,gadis disampingku juga. Dia terlihat
gelisah dari tadi. Beberapa kali dia melihat kearahku dan secepatnya
memalingkan muka. Bibirnya nampak bergetar dan wajahnya pucat.
“Hei, kenapa? Ujarku sambil
berusaha menyentuhnya.
Dia terperanjat dan berusaha
menjauhkan badannya dariku sambil gemetar.
“Kamu baik-baik saja kan?” Tanyaku
lagi.
Ia
menggeleng lemah dan tetap bergetar. Ah,Amel begitu lemah dan cantik. Aku
mengamati wajah gadis itu lagi. Dia tampak tak nyaman dengan pandanganku dan
berusaha agar tetap menjauh dari tempatku berdiri. Dia tampak tak ingin
dekat-dekat denganku.
“Eh
Mel,kamu udah tahu kan kalo si Dion meninggal kemarin sore? Kamu kan dekat tuh
sama dia,kamu juga katanya punya indra keenam,pasti kamu udah liat si Dion kan.
Jangan-jangan dia ada disini lagi. Gentayangan..”,suara Shinta dan Wilda
mendekati kami. Amel melirikku lagi. Matanya nampak sangat ketakutan. Dan
langsung memalingkan muka lagi. Ia menunduk sambil menggeleng. Astaga,ada air
yang menetes dari matanya. Amel menangis. Gadis cantik itu menangis. Sudah
keterlaluan mereka berdua ini,aku akan memberi mereka pelajaran. Sebelum aku sempat
melakukannya, kepala sekolah memulai pidatonya sehingga aku mengurungkan niatku
untuk memberi pelajarankedua gadis jahat tadi.
“Anak-anakku
sekalian,Bapak disini akan menyampaikan berita duka. Bahwasanya salah satu
teman kita,Dion Saputra kelas VIII C dan juga kapten tim basket SMA ini mengalami kecelakaan motor kemarin sore saat
pulang latihan sekitar pukul 4 sore. Seperti kita ketahui,semasa hidupnya
almarhum adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan. Tidak hanya kalian yang
merasa kehilangan,kami para jajaran guru pun merasa sangat kehilangan sosok
Dion yang luar biasa. Marilah kita semua berdoa agar arwah tenang dan diterima
disisi Tuhan yang Maha Esa.”
Semua
anak nampak menunduk. Deretan guru pun menunduk. Semuanya menampakkan wajah
yang sedih sambil berdoa dengan khidmat. Sesegukan disamping menyadarkanku.
Amel terlihat masih bergetar dan terdengar isak halus dari dirinya. Setiap
isakan itu membuat badannya terlihat berguncang. Entah mengapa pagi ini Amel terlihat
begitu rapuh.
Tak
hanya di lapangan saja Amel menghindariku. Selama dikelas pun juga. Dia seperti
menarik diri dari pergaulan. Dia hanya berbicara sedikit dan jika bel pulang
sudah berbunyi,dia langsung pulang dengan cepat seolah selalu terburu-buru. Dan
tidak sempat walaupun hanya pamit denganku padahal aku duduk tepat
disampingnya. Amel selalu tertutup, dia adalah anak yang pendiam dan sering
dipanggil “dukun” oleh teman sekelas. Terutama kelompok Shinta dan Wilda. Dua
orang itu nampak sangat tidak suka dengan Amel,terlebih sejak aku dekat
dengannya. Awalnya aku juga tidak terlalu dekat dengan Amel. Namun karena satu
pelajaran,aku dikelompokkan berdua dengan Amel. Dari situ aku mengerti kalau
Amel ternyata anaknnya sangat menyenangkan dan juga cantik. Selama ini
disekolah dia tidak biasa tertawakarena dia tidak bisa memulai percakapan
terlebih dahulu. Dia akan menunggu orang lain memulai percakapan,barulah
setelah itu dia bisa berbicara dengan orang tersebut.Karena gosip aneh tentang
“dukun”,tak ada yang mengajak Amel berteman. Karena lebih dari setengah semester tidak ada yang
mengajaknya bicara sehingga akhirnya dia tidak punya teman sama sekali. Di
rumah,Amel adalah sosok yang periang. Dia juga sangat ramah, sangat pintar dan
sangat cantik.Ia mengaku padaku dia memang memiliki sedikit kemampuan
khusus,yaitu bisa melihat makhluk halus,namun dia bilang tidak semua,ia hanya
mampu melihat orang yang memiliki ikatan kuat dengannya.Sejauh ini ia hanya
mampu melihat almarhumah neneknya, neneknya meninggal pada saat dia berusia 7
tahun. Dan itu sudah sangat lama. Sejak saat itu,aku dan Amel sering bicara dan
Amel tak menutup diri lagi dariku. Jika dia tidak pernah tersenyum kepada teman
yang lain,dia adalah orang yang paling sering tersenyum kepadaku dan entah
mengapa, akhir-akhir ini Amel begitu berubah. Sudah tujuh hari semenjak
Amel selalu berusaha menjauhi dan aku selalu mencoba berbicara dan dekat
dengannya lagi seperti dulu.
“Mel,kamu kenapa sih ? “,tanyaku
sambil mendekatinya.
Amel nampak makin pucat. Kaki
serta badannya langsung bergetar hebat. Mulutnya seperti ingin megatakan
sesuatu namun tidak juga terdengar karena suaranya yang seperti hilang.
“Eh dukun,lo ngapain komat-kamit
gitu. Jangan-jangan lo lagi liat setan ya?“,ujar Shinta dan gengnya datang.
“Enggak....enggak..engga...ada..apa..apa..”,jawab
Amel dengan suara bergetar.
“Hah,lo buktiin dong kalo lo ngga
bisa liat setan. Lo berani nggak ke ruang ganti jam segini? Kalo lo berani
pergi,kita ngga akan gangguin lo lagi deh..”, tiba-tiba Wilda berkata dengan
sinis.
“Hahahahahah..iya Mel. Tempat itu
kan terkenal angker di sekolah ini. Anak basket aja kalo gunain ruangan itu
pasti siang dan rame-rame. Kalo sendirian mana berani”,tambah Shinta.
Ruang
ganti, ruangan yang penuh dengan kaca. Dan memang
terkenal angker di sekolah. Mereka sungguh jahat. Mereka mempermainkan Amel.
Tak kusangka Amel mengangguk dan langsung berlari ke arah ruang ganti.
“Amel..Amel..,”aku berteriak
berusaha mengejar Amel yang berlari kencang. Ada sedikit desiran aneh ketika
aku menuruni tangga menuju ruang ganti. Biasanya aku santai saja lewat sini.
Entah kenapa saat ini perasaanku tidak enak. Aku berusaha memanggil Amel,namun
tidak ada jawaban.
Akupun memasuki ruang ganti yang
memiliki banyak kaca dan cat berwarna putih. Perasaanku makin tidak enak. Aku
ingin segera menemukan Amel. Tiba-tiba aku melihat Amel disalah satu sudut. Di
depan sebuah loker.
“Mel...”,aku mendekati Amel
“Aaaaaaa..Tinggalkan
aku,tinggalkan aku..”,Amel berteriak sangat keras.
“Tapi kenapa Mel,salah aku apa ?
“,aku menjawab sambil tetap mendekatinya.
“Tinggalkan aku,tinggalkan
aku,Dion. Kumohon...!!!,”Amel berlari meninggalkan aku.
Dion...aku terperanjat kaget. Aku
melihat bayanganku sendiri di kaca loker. Oh Tuhan,aku berlumuran darah dengan
mata yang hampir lepas. Darah mengucur deras dikepalaku dan aku masih memakai
seragam basket. Oh Tuhan,aku Dion.. (NR)
#D-59Candida’sReborn
0 comments:
Post a Comment