.

Friday, July 24, 2015

Road to Candida’s Reborn : Satwa sebagai Alarm Bencana



Malang, Candida- Banyak alasan mengapa hewan harus tetap berada pada alam in-situnya mulai dari untuk menjaga kesejahteraan hewan tersebut hingga pertimbangan keseimbangan ekosistem.  Baru – baru ini aktifitas beberapa gunung di Indonesia mengalami peningkatan aktifitas dan bahkan erupsi yaitu Gunung Gamalama dan Gunung Raung, tak lepas dari peningkatan aktifitas gunung tersebut pasti memiliki sebuah pertanda yaitu perubahan perilaku beberapa hewan yang tinggal di sekitarnya. Beberapa hewan liar dari Gunung Raung mulai mendekati pemukiman penduduk sejak Bulan Januari dimana gunung raung masih berstatus waspada. Beberapa hewan ini memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki manusia, dalam sensitivitas panca inderanya terhadap suara, temperatur, sentuhan, getaran, aktifitas elektrostatis dan kimia serta medan magnet dan medan listrik. Sensitivitas ini memberikan kemampuan kepada mereka untuk bisa mengetahui lebih awal terjadinya gempa atau bahkan tsunami. Berikut ini Mak Can akan mengulas keistimewaan hewan sebagai alarm dini terjadinya bencana alam.



Gempa vulkanik ataupun akibat pergeseran lempeng bumi menimbulkan getaran yang berubah-ubah pada tanah dan air sedangkan angin badai menyebabkan perubahan elektromagnetik pada atmosfer bumi. Dari perubahan tersebut dapat ditangkap oleh fisiologi hewan salah satunya penerimaan gelombang infrasonik. Gelombang infrasonik memiliki karakteristik khusus baik di dalam tanah atau air. Gelombang yang dihasilkan ketika  gempa bumi dapat dianggap sebagai bentuk infrasonik. Telinga manusia hanya mampu menangkap frekuensi suara dalam rentang antara 20 Hz-20.000 Hz dan akan menurun dengan menuanya umur manusia. Sedangkan beberapa hewan mampu menangkap frekuensi suara dalam rentan sebagai berikut :


Tidak hanya hewan besar yang dapat menangkap dan menghasilkan gelombang infrasonik, pada kenyataannya hewan yang lebih kecil seperti bangsa aves juga mampu menangkap dan menghasilkan gelombang infrasonik.  Merpati dan beberapa spesies burung lainnya dilaporkan dapat mendeteksi frekuensi suara rendah (0,5 Hz) pada ambang batas rendah amplitudo.
            Selain kemampuan menangkap frekuensi suara infrasonik, beberapa hewan (electric fish, ikan hiu, platypus) memiliki sel khusus (elektroreseptor) yang memungkinkan mereka untuk mendeteksi perubahan dalam medan elektromagnet dilingkungan sekitar mereka. Beberapa jenis ular berburu mangsa menggunakan panas tubuh (termoreseptor). Panas bergerak melalui atmosfer dalam bentuk radiasi elektromagnetik infrared dan terdeteksi oleh termoreseptor tersebut. Dimana kemampuan - kemampuan tersebut dapat digunakan sebagai pendeteksi adanya perubahan pada alam sekitar.
            Kesimpulan yang dapat Mak Can ambil adalah begitu luar biasa Tuhan menciptakan seluruh bumi, beserta para penghuninya. Pada dasarnya semua makhluk-Nya memiliki kemampuan untuk saling menjaga meskipun tidak secara langsung dapat dilihat dampaknya. Tidak perlu minder kalau masih banyak orang yang meremehkan profesi kita, karena kita adalah garda terdepan dalam menjaga kesehatan hewan untuk keseimbangan alam! Cheers Up!! (AR)

#D-54Candida’sReborn

0 comments:

Post a Comment