Assalamualaikum
Sahabat Mak Can, sebelumnya kami segenap Redaksi Candida mengucapkan Selamat
Hari Raya Idul Fitri 1436H mohon maaf lahir dan batin, semoga amalan-amalan
kita di bulan ramadhan diterima oleh Allah SWT dan semoga kita senantiasa dapat
dipertemukan dengan ramadhan-ramadhan selanjutnya...aamiin. Baik Sahabat Mak
Can, masih dalam suasana lebaran tentunya Sahabat Mak Can melaksanakan “ritual”
silaturahmi kepada seluruh sanak saudara dan tetangga. Sudah menjadi tradisi,
momen lebaran merupakan saat keluarga besar berkumpul dan menjadi ajang “temu
kangen” khususnya sanak saudara yang telah lama di perantauan.
Eitss,
saat kita lama tidak berjumpa dengan sanak saudara pasti banyak yang menanyakan
bagaimana kabar kita seperti “Sekarang sekolah/kuliah dimana? Semester berapa?
Diterima kuliah dimana? dsb.” Dalam suatu pembicaraan seringkali percakapan
dimulai dengan “sekarang kuliah ambil jurusan apa nak?” ketika kita menjawab
“ohh saya ambil kedokteran hewan bu/pak” saat itulah tidak jarang beliau akan
merespon jawaban kita dengan “loh kok tidak ambil kedokteran umum saja nak?”.
Sudah pasti kita sebagai Mahasiswa Kedokteran Hewan sangat risih dengan tanggapan semacam itu, OMG tell me why ain’t nothing but a heartace L. Well bagaimana tanggapan Sahabat Mak Can
terhadap pertanyaan tersebut?
Paradigma di masyarakat (khususnya
Indonesia) dengan tegas telah melekat bahwasanya kedudukan kita sebagai Dokter
Hewan dipandang dengan sebelah mata jika dibandingkan dengan Dokter Umum.
Mengapa demikian? Boleh saya katakan hakikatnya (sebagian besar) masyarakat
kita masih berpikir “primitif” yang mengkonotasikan profesi kita tidak lebih
dari seorang “mantri suntik” dengan tingkat risiko amat sangat kecil, pernahkan
Sahabat Mak Can mendengar ada seseorang pernah berkata “Wah iya nak tidak apa-apa jadi dokter hewan, kalau pasiennya mati
tidak ada yang menyalahkan”. Ironisnya tentu Sahabat Mak Can sangatlah paham
betapa berisikonya profesi kita, mulai dini ketika kita menginjakkan kaki di
dunia Kedokteran Hewan kita telah ditempa oleh sebuah paham “Manusnya Mriga
Satwa Sewaka” dimana kesejahteraan manusia berasal dari kesejahteraan hewan.
Ketika Sahabat Mak Can telah menjadi Dokter Hewan, apakah Sahabat Mak Can dapat
tidur dengan lelap disaat dunia disibukkan dengan berbagai wabah penyakit asal
hewan yang mematikan dan mengancam keutuhan suatu bangsa. Menjelang lebaran,
jumlah permintaan daging sapi akan meningkat dengan tajam, lalu siapakah orang
yang menjamin layaknya daging-daging tersebut aman dikonsumsi? Satu suara
dengan lantang kita sebutkan Dokter Hewan as
long as human eat meat, veterinary never die. Sungguh ironis bukan jika
profesi kita hanya dipandang sebelah mata?
Bukan berarti saya sebagai salah
satu Mahasiswa Kedokteran Hewan sehingga saya berkata seperti ini dan bukan
berarti penjabaran diatas menyudutkan profesi Dokter Umum, tetapi sudah
sepantasnya kita bersinergi dalam memajukan bangsa dan
mensejajarkan profesi kita. Sudah saatnya kita sebagai Calon Dokter Hewan
dengan bangga menjunjung tinggi profesi kita toh secepatnya kita akan menjadi Dokter Hewan dan berdiri sejajar
sebagai salah satu penyelamat bangsa. Penyelamat akan banyaknya penyakit
berbahaya asal hewan, penyelamat akan terjaminnya keamanan pangan asal hewan
dan tentu saja hal ini akan membawa pada ranah keutuhan bangsa. Jika salah satu
dari Sahabat Mak Can masih merasa “salah jurusan” NO! You are right here beside us and be the next DVM! Banggalah
menjadi salah satu bagian dari penyelamat bangsa dan katakan dengan tegas bahwa
kita adalah Calon Dokter Hewan “Saya Calon Salah Satu Penyelamat Bangsa!” (PDP)
#D-57Candida’sReborn
0 comments:
Post a Comment