.

Saturday, July 11, 2015

Satwa Langka Bukan Hewan Kesayangan

Zaman yang serba modern ini sedikit banyak telah mengubah gaya hidup masyarakat tidak terkecuali di Indonesia. Salah satu bentuk perubahan pola hidup yang ada di masyarakat adalah trend memelihara satwa langka. Trend memelihara satwa langka ini mulai ramai di khalayak sekitar 3 tahun terakhir. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor yang mendorong adanya perubahan tersebut. Hanya dengan duduk santai seseorang dengan mudah mendapatkan hewan langka yang diinginkan seperti burung hantu, buaya, orangutan, bahkan harimau.
Setiap makhluk hidup memiliki hak untuk melangsungkan kehidupan dan didayagunakan untuk kepentingan kemaslahatan manusia. Memperlakukan satwa langka dengan baik, dengan jalan melindungi dan melestarikannya guna menjamin keberlangsungan hidupnya hukumnya adalah wajib. Dalam dunia kedokteran hewan dikenal Five freedom untuk mengakkan kesejahteraan hewan (Animal Welfare). Five freedom tersebut berisikan :
1.      Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa haus dan lapar)
2.      Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman)
3.      Freedom from pain, injury and disease ( bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit)
4.      Freedom to behave normally (bebas untuk mengekspresikan perilaku alami)
5.      Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan tekanan)
Kondisi yang terjadi dimasyarakat beda adanya. Mereka menganggap hewan langka seperti hewan kesayangan. Secara kasat mata memang terlihat baik – baik saja, akan tetapi jika ditilik kembali, permasalahan yang begitu rumit akan bermunculan. Poin – poin yang telah disebutkan diatas hanya sebagian kecil yang telah terpenuhi. Seperti pemenuhan kebutuhan dasar misalnya, pemilik setiap hari memberi makan hewan liar kesayanganya, tidak pernah telat, bahkan harga makanan satwa lebih mahal daripada harga makanan untuk pemiliknya. Pemilik rela tidak makan asal satwa langka kesanyanganya makan. Kemudian yang menjadi pertanyaan apakah pakan yang diberikan sudah benar?? Orangutan yang biasanya makan buah-buahan kini diberikan roti, orangutan yang biasanya makan sendiri, kini makan disuapi si pemilik. Hal – hal kecil seperti ini tanpa disadari telah menyakiti satwa liar yang telah berubah menjadi hewan “kesayangan”. Sistem pencernaan antara satwa liar tidak bisa disamakan dengan manusia yang bisa makan segala. Tidak semua yang bisa dimakan manusia bisa dimakan oleh satwa liar bahkan semua binatang.
Pada poin freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman) apakah pemilik mampu menjamin satwa “kesayangan” nya bebas dari rasa tidak nyaman? Bagaimana pemilik bisa mengetahui bahwa satwa yang dipelihara merasa tidak nyaman jika pemilik benar-benar tidak memahami satwanya. Terkadang pemilik lupa bahwa hewan langka yang kebanyakan adalah hewan liar, pemilik mengajak bermain seolah hewan tersebut adalah hewan kesayangan seperti anjing dan kucing, perlahan sifat alamiah dari si hewan akan memudar.
Poin yang paling ditekankan adalah Freedom to behave normally (bebas mengekspresikan perilaku alamiah). Poin ini menjadi penting karena pada satwa langka yang kebanyakan adalah satwa liar memiliki habitat yang beda dan jauh dari keramaian. Kebanyakan dari satwa langka tinggal dihutan yang masih perawan, sehingga akan kaget melihat tempat tinggal yang bisa jadi pemilik tidak menyesuaikan dengan kondisi dimana satwa tersebut tinggal. Selain itu untuk regenerasi, satwa langka tersebut membutuhkan pasangan, bila pemilik tidak peka maka pemilik telah melanggar five freedom pada poin Freedom to behave normally. Jangan sampai apa yang telah menjadi niatan baik dari pemilik justru menjadi penjara bagi satwa langka yang dipelihara.
Poin yang tak kalah penting adalah Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan tekanan). Berbeda dengan pet animal (hewan kesayangan), satwa langka yang kebanyakan satwa liar memilik sifat alamiah liar akan menimbulkan polemik tersendiri jika dipelihara. Pada saat hewan dalam kondisi tidak nyaman atau tertekan, sifat alamiah dari hewan tersebut akan keluar dan pada kondisi ini jelas akan mengancam keselamatan dari pemilik. Hewan bisa menyerang pemilik dan bahkan tidak mengenal siapa pemiliknya. Tak heran jika banyak kejadian seperti di kebun binatang, keeper yang sangat dekat dengan hewan liar justru menjadi korban, bahkan berujung pada kematian. Hal inilah yang harus dipahami oleh pemilik, bukan saja pada hukum pidana yang melarang memelihara hewan langka, akan tetapi juga memperhatikan keselamatan dari pemilik.
Freedom from pain, injury and disease (bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit) seharusnya menjadi poin yang menjadi pertimbangan pemilik untuk menjadikan satwa langka menjadi hewan peliharaan. Hampir sebagian besar penyakit yang diderita oleh hewan langka bersifat zoonosis, dan banyak sekali penyakit zoonosis asal hewan langka yang belum diketahui. Sehingga pemilik harus benar-benar waspada dan menjaga kebersihan agar tidak tertular. Apakah pemilik telah benar-benar faham akan kondisi tersebut?
Akibat yang ditimbulkan karena kesalahan manusia dari memelihara satwa langka seperti harimau, badak, gajah dan orangutan, serta berbagai jenis reptil, mamalia, dan aves menyebabkan satwa tersebut terancam punah. Memelihara satwa langka terlanjur menjadi trend masa kini. Siapa yang harus disalahkan? Tidak perlu saling menyalahkan karena hal ini menjadi PR kita bersama. Bagaimana pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dokter hewan, aktivis konservasi bahkan tokoh agama bekerja sama untuk satu tujuan meluruskan bahwa tindakan memelihara hewan langka adalah tindakan yang salah
Tuhan menciptakan satwa langka tersebut untuk menjaga keseimbangan ekosistem bukan sebagai hewan kesayangan yang bisa diajak untuk bermain bahkan untuk dieksploitasi. Sejatinya manusia terlahir untuk bisa menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestariannya sehingga tidak terjadi kerusakan. Tidak memelihara hewan langka dan tidak menjadikan hewan tersebut sebagai hewan kesayangan merupakah satu langkah kecil untuk turut andil dalam menjaga keselamatan hewan. (MRH)

#D-67Candida’sReborn

0 comments:

Post a Comment